Perubahan Kurikulum Pendidikan Nasional Mulai 2013
Staf ahli Mendikbud Prof Kacung Marijan MA menegaskan bahwa kementerian itu akan melakukan perubahan kurikulum pendidikan nasional mulai 2013 untuk menyeimbangkan aspek akademik dan karakter.
“Perubahan yang dikontrol langsung Wapres Boediono itu bukan karena ada tawuran antarpelajar,
tapi prosesnya sudah lama (2010) dan kepentingannya sekarang menjadi
diperkuat lagi,” katanya setelah berbicara dalam Seminar dan Lokakarya
’Teknologi dan Perubahan Sosial’ di Pascasarjana ITS Surabaya, Selasa
(2/10/2012).
Dalam acara yang digelar UPM (unit
pelaksana mata kuliah) Soshum (sosial humaniora) dan diikuti 259 orang
pemangku ilmu humaniora dari sejumlah kampus di Surabaya itu, staf ahli
Mendikbud bidang Kerja Sama Internasional itu menjelaskan perubahan kurikulum itu diperuntukkan pendidikan dasar hingga menengah.
“Itu karena perubahan karakter
memang harus dimulai dari TK hingga SMA, sedangkan perguruan tinggi
bersifat otonom. Intinya, perubahan kurikulum pendidikan itu akan
menyederhanakan sejumlah mata pelajaran,” katanya.
Namun, kata Prof Kacung yang juga guru
besar Ilmu Politik Unair itu, penyederhanaan itu diperuntukkan mata
pelajaran yang bersifat umum ke dalam Ilmu Pengetahuan Umum, sedangkan
ilmu sains (MIPA) dan ilmu sosial yang merupakan “basic” ilmu
pengetahuan akan tetap ada.
Arah Perubahan Kurikulum Pendidikan Nasional
“Jadi, kurikulum pendidikan yang baru nanti akan mengubah mindset pendidikan yang bersifat akademik menjadi dua paradigma yakni akademik dan karakter,
bahkan pendidikan karakter akan lebih banyak di tingkat pendidikan
dasar atau TK dan SD, karena karakter itu merupakan pondasi pendidikan,”
katanya.
Ia mencontohkan orang sukses itu bukan
ditentukan mata pelajaran bernilai A, tapi perilaku orangnya asusila,
namun keduanya harus seimbang.
“Itu karena orang sukses itu bukan hanya
orang pintar, tapi pintar, baik dalam cara berkomunikasi dengan orang
lain, kreatif, dan ketrampilan soft skill lainnya yang juga baik,”
katanya.
Menurut alumnus Australian National University (ANU) itu, pendidikan karakter
itu juga tidak harus berupa mata pelajaran tersendiri, meski mata
pelajaran Pancasila akan dimunculkan lagi menjadi Pendidikan Pancasila
dan PKN (PPKN).
“Misalnya, mata pelajaran Biologi yang
memberikan penugasan observasi/penelitian secara berkelompok itu akan
mengajarkan cara kerja sama, leadership, komunikasi melalui presentasi
hasil penelitian, kompetisi melalui persaingan antarkelompok, dan
seterusnya. Itu semua pendidikan karakter,” katanya.
Ditanya target dari perubahan kurikulum,
ia mengatakan perubahan kurikulum itu untuk mencetak sumberdaya manusia
yang profesional secara akademik dan tangguh atau kreatif secara
karakter.
“Yang jelas, perubahan kurikulum itu
memang akan membuat mata pelajaran lebih sedikit dari sebelumnya, lalu
mata pelajaran yang bersifat hafalan juga berkurang, karena banyak
praktik lapangan dan studi kasus, sehingga teknik pembelajaran akan
mengarahkan siswa menjadi inovatif, kreatif, kompetitif, dan
sebagainya,” katanya.
Namun, perubahan kurikulum itu tidak
akan ada artinya tanpa pembenahan guru, karena itu pemerintah juga
menata guru melalui uji kompetensi guru (UKG) yang bertujuan untuk
memetakan guru yang mumpuni.
“Hasilnya memang belum memuaskan karena
hanya 42 persen guru yang mumpuni, namun 48 persen guru yang tidak
mumpuni itu tidak akan diabaikan, melainkan mereka akan diberdayakan
melalui serangkaian pelatihan. Pemerintah juga mengizinkan non-guru
untuk mengikuti UKG, karena banyak non-guru yang selama ini mengajar
seperti di ITS,” katanya.
Menanggapi hal itu, Rektor ITS Prof Tri
Yogi Yuwono DEA menyatakan setuju bila perguruan tinggi juga memadukan
antara ilmu sains dengan ilmu sosial.
Perubahan Kurikulum Pendidikan Nasional Prioritaskan Pendidikan Karakter
Seperti yang katakan oleh Staf ahli Mendikbud Prof Kacung Marijan MA menegaskan bahwa kementerian itu akan melakukan perubahan kurikulum pendidikan nasional mulai 2013 untuk menyeimbangkan aspek akademik dan karakter, Wiendu juga menegaskan bahwa Perubahan Kurikulum Pendidikan Nasional Prioritaskan Pendidikan Karakter.
“Masa depan itu perlu rekayasa sosial,
sebab adanya teknologi yang disalahgunakan itu membuktikan teknologi
juga perlu mengenal kemanfaatan sosial,” katanya.
Menurut Wiendu, kurikulum sekolah yang
selama ini diterapkan setiap sekolah secara langsung menjadi beban,
bukan hanya siswa tetapi juga guru.
“Padahal pemerintah menginginkan,
sekolah tidak menjadikan beban tetapai proses pembelajaran. Budaya asli
bangsa diantaranya budi pekerti, sopan santun yang mulai luntur, akan
kembali diangkat dengan lebih menekankan pada pendidikan karakter,” kata
Wiendu, Minggu (30/9/2012).
Wiendu merasa prihatin dengan lunturnya
budaya asli Indonesia pada pribadi bangsa termasuk generasi muda.
Berbagai kasus tawuran pelajar, menurut Wiendu, menjadi salah satu
contoh yang harus mendapat penanganan cepat.
“Sekarang ini kami sedang mencari akar
permasalahan ditinjau dari aspek pendidikan dan karakter. Makanya,
sebagai langkah awal kita tengah melakukan pemetaan daerah rawan tawur
pelajar untuk ditindaklanjuti dengan berbagai program karakter. DKI
Jakarta sekarang ini baru dimulai program itu,” kata Wiendu.
Anggota Komisi X DPR RI, Dedi Gumelar
mengatakan, berbagai masalah bangsa diantaranya lunturnya karakter dan
budaya termasuk pada siswa sekolah, bukan semata-mata kesalahan siswa
sekolah.
“Menurut saya, sistem rekrutmen guru
yang kurang tepat. Karena sekarang ini banyak orang-orang yang bukan
kompetensi guru tetapi menjadi guru dan mengajar pada anak-anak sekolah.
Karena pola rekrutmen yang salah menyebabkan hasil didikan pada siswa
juga melenceng,” kata Dedi.
sumber : kompas.com artikel “Perubahan Kurikulum Pendidikan Nasional Mulai 2013“